Selasa, 23 September 2014

TOKOH BUDAYA


BENYAMIN SUEB SI ANAK KAMPUNG ASAL BETAWI
       “ anak Betawi ketinggalan jaman, katenye, Anak Betawi... ngga berbudaye, katenye...” penggalan lagu tersebut adalah soundtrack Si Doel Anak Sekolahan yang tenar di dunia perfilman pada tahun 1972 hingga awal tahun 2000-an yan disutradai oleh Sjuman Djaja. Dalam gubahan lagu tersebut tentu saja banyak orang Betawi yang tersinggung dan lantas bertanya-bertanya, kenapa kita sebagai orang Jakarta (metropolitan) asli dibilang ketinggalan zaman? Kenapa bukan orang Jawa, Sunda atau suku lainnya? Dan masih banyak lagi yang terbesit dalam benak orang Betawi mengenai gubahan lagu ini.
Asal punya usul, ternyata lagu tersebut adalah jawaban daripada cibiran-cibiran yang selalu dilontarkan kepada orang-orang Betawi. Memang jika dibandingkan dengan suku-suku lainnya yang ada di Indonesia, Betawi tak seseksi Minang, Jawa, Bali, Bugis, dan lainnya dalam obrolan tradisi dan kebudayaan. Namun pada perjalanannya, muncul seorang seniman ‘nyentrik’ asal Betawi yang lahir pada tanggal 5 Maret 1939. Orang tersebut bernama lengkap Benyamin Sueb yang kemudian dikenal sebagai salah satu seniman dari Betawi. Benyamin yang akrab disapa bang Bens ini adalah seorang pelawak, aktor, pemain lenong, sutrada, dan penyanyi. Hal ini menepis citra orang Betawi yang dikatakan ketinggalan zaman dan tidak berbudaya seperti dalam gubahan lagu Si Doel Anak Sekolahan tersebut.
Benyamin kecil adalah seorang anak jahil yang periang. Terlahir dari keluarga Betawi pinggiran yang tidak kaya, Benyamin kecil sudah turut membantu keluarganya dengan mengamen keliling kampung. Banyak orang memujinya dikarenakan suaranya yang khas dan gayanya yang humoris. Pada masa mudanya, Benyamin mulai memahami bahwa budaya lokalnya (Betawi) adalah identitas kebanggaan bagi dirinya. Sebelum namanya melambung di jagad hiburan Indonesia, Benyamin muda hanyalah seorang pemain lenong panggilan. Ia juga pernah menjadi tukang roti dorong dan kenek bis. Setelah menikah dengan gadis bernama Noni pada tahun 1959, barulah Benyamin kembali menekuni dunia musik. Karir musiknya melejit saat Ia bergabung dengan grup musik Naga Mustika.
Apa yang teristimewa dari musik Benyamin? Pada tahun 1960-an, Soekarno melarang segala bentuk westernisasi di Indonesia. Ketika itu sedang gandrung musik-musik impor di kalangan kaula muda Indonesia, maka musik yang berbau Barat pun dilarang oleh Soekarno. Namun, memang kala itu, ketenaran musik adat tradisional telah kalah pamor dengan musik modern. Benyamin melihat gambang kromong yang kala ia kecil amat populer, kini tak sepopuler dahulu kala. Gambang kromong hanya dimainkan saat pentas lenong dan hajatan saja. Hal ini membuka matanya untuk memainkan kembali keroncong Betawi dan gambang kromong dengan perpaduan musik modern. Seketika musiknya meledak di pasaran. Namanya pun terkenal di Indonesia sebagai musisi Betawi modern. Tak ayal Benyamin diacungi jempol oleh gurunya, seniman terkenal Bing Slamet.
Benyamin tak sekedar bermain musik, lagu-lagunya sarat akan pesan moral, seperti lagunya yang berjudul “ Kompor Meledak “. Dalam lagu tersebut, Benyamin menyentil kebiasaan warga jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya yang suka membuang sampah dan kurang memperhatikan kebersihan lingkungan sekitarnya. Ia juga cinta kebudayaannya, lagu-lagunya tak melepas aksen Melayu Betawinya yang memang sengaja ia perdengarkan kepada khalayak. Benyamin juga seakan pamer dengan kebudayaan Betawinya. Lagu ‘Ondel-ondel’ adalah buktinya, ia meluapkan kebanggaan kebudayaan Betawinya lewat musik.
Dari pemain lenong menjadi pemain layar lebar. Ya, itulah benyamin, orang Betawi yan jadi artis film. Di kemudian hari, orang-orang Betawi banyak menjadi aktor yang memang berbakat sebelumnya dalam aktor lenong. Bahasa ceplas-ceplos khas Betawi, gaya ‘nyentrik’ Benyamin yang kocak membuat ia disukai penikmat film di Indonesia. Maka puluhan filmnya ‘bolak-balik’ masuk bioskop layar lebar.
Pada tanggal 5 September 1995, Benyamin menghembuskan nafas terakhirnya. Ia mendadak terkena serangan jantung sehabis bermain sepak bola. Memang Benyamin bukanlah tokoh terkenal Betawi seperti Pitung, Husni Thamrin, Raden Saleh, Bing Slamet, dsb. Namun dalam kalangan masyarakat Betawi, Benyamin adalah sosok orang Betawi yang lantang ingin terus menyuarakan bahwa masyarakat Betawi adalah masyarakat yang berbudaya.  
 Azami Mohammad (Penulis adalah anak Betawi asli)