BENYAMIN SUEB SI ANAK KAMPUNG
ASAL BETAWI
“
anak Betawi ketinggalan jaman, katenye, Anak Betawi... ngga berbudaye,
katenye...” penggalan lagu tersebut adalah soundtrack Si Doel Anak Sekolahan
yang tenar di dunia perfilman pada tahun 1972 hingga awal tahun 2000-an yan
disutradai oleh Sjuman Djaja. Dalam gubahan lagu tersebut tentu saja banyak
orang Betawi yang tersinggung dan lantas bertanya-bertanya, kenapa kita sebagai
orang Jakarta (metropolitan) asli dibilang ketinggalan zaman? Kenapa bukan
orang Jawa, Sunda atau suku lainnya? Dan masih banyak lagi yang terbesit dalam
benak orang Betawi mengenai gubahan lagu ini.
Asal punya
usul, ternyata lagu tersebut adalah jawaban daripada cibiran-cibiran yang
selalu dilontarkan kepada orang-orang Betawi. Memang jika dibandingkan dengan
suku-suku lainnya yang ada di Indonesia, Betawi tak seseksi Minang,
Jawa, Bali, Bugis, dan lainnya dalam obrolan tradisi dan kebudayaan. Namun pada
perjalanannya, muncul seorang seniman ‘nyentrik’ asal Betawi yang lahir pada
tanggal 5 Maret 1939. Orang tersebut bernama lengkap Benyamin Sueb yang
kemudian dikenal sebagai salah satu seniman dari Betawi. Benyamin yang akrab
disapa bang Bens ini adalah seorang pelawak, aktor, pemain lenong, sutrada, dan
penyanyi. Hal ini menepis citra orang Betawi yang dikatakan ketinggalan zaman
dan tidak berbudaya seperti dalam gubahan lagu Si Doel Anak Sekolahan tersebut.
Benyamin kecil
adalah seorang anak jahil yang periang. Terlahir dari keluarga Betawi pinggiran
yang tidak kaya, Benyamin kecil sudah turut membantu keluarganya dengan
mengamen keliling kampung. Banyak orang memujinya dikarenakan suaranya yang
khas dan gayanya yang humoris. Pada masa mudanya, Benyamin mulai memahami bahwa
budaya lokalnya (Betawi) adalah identitas kebanggaan bagi dirinya. Sebelum
namanya melambung di jagad hiburan Indonesia, Benyamin muda hanyalah seorang
pemain lenong panggilan. Ia juga pernah menjadi tukang roti dorong dan kenek
bis. Setelah menikah dengan gadis bernama Noni pada tahun 1959, barulah
Benyamin kembali menekuni dunia musik. Karir musiknya melejit saat Ia bergabung
dengan grup musik Naga Mustika.
Apa yang
teristimewa dari musik Benyamin? Pada tahun 1960-an, Soekarno melarang segala
bentuk westernisasi di Indonesia. Ketika itu sedang gandrung musik-musik
impor di kalangan kaula muda Indonesia, maka musik yang berbau Barat pun
dilarang oleh Soekarno. Namun, memang kala itu, ketenaran musik adat
tradisional telah kalah pamor dengan musik modern. Benyamin melihat gambang kromong
yang kala ia kecil amat populer, kini tak sepopuler dahulu kala. Gambang
kromong hanya dimainkan saat pentas lenong dan hajatan saja. Hal ini membuka
matanya untuk memainkan kembali keroncong Betawi dan gambang kromong dengan
perpaduan musik modern. Seketika musiknya meledak di pasaran. Namanya pun
terkenal di Indonesia sebagai musisi Betawi modern. Tak ayal Benyamin diacungi
jempol oleh gurunya, seniman terkenal Bing Slamet.
Benyamin tak
sekedar bermain musik, lagu-lagunya sarat akan pesan moral, seperti lagunya
yang berjudul “ Kompor Meledak “. Dalam lagu tersebut, Benyamin menyentil
kebiasaan warga jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya yang suka membuang
sampah dan kurang memperhatikan kebersihan lingkungan sekitarnya. Ia juga cinta
kebudayaannya, lagu-lagunya tak melepas aksen Melayu Betawinya yang memang
sengaja ia perdengarkan kepada khalayak. Benyamin juga seakan pamer
dengan kebudayaan Betawinya. Lagu ‘Ondel-ondel’ adalah buktinya, ia meluapkan
kebanggaan kebudayaan Betawinya lewat musik.
Dari pemain
lenong menjadi pemain layar lebar. Ya, itulah benyamin, orang Betawi yan jadi
artis film. Di kemudian hari, orang-orang Betawi banyak menjadi aktor yang
memang berbakat sebelumnya dalam aktor lenong. Bahasa ceplas-ceplos khas
Betawi, gaya ‘nyentrik’ Benyamin yang kocak membuat ia disukai penikmat film di
Indonesia. Maka puluhan filmnya ‘bolak-balik’ masuk bioskop layar lebar.
Pada tanggal 5 September 1995,
Benyamin menghembuskan nafas terakhirnya. Ia mendadak terkena serangan jantung
sehabis bermain sepak bola. Memang Benyamin bukanlah tokoh terkenal Betawi
seperti Pitung, Husni Thamrin, Raden Saleh, Bing Slamet, dsb. Namun dalam
kalangan masyarakat Betawi, Benyamin adalah sosok orang Betawi yang lantang
ingin terus menyuarakan bahwa masyarakat Betawi adalah masyarakat yang
berbudaya.
Azami Mohammad (Penulis
adalah anak Betawi asli)